Sabtu, 02 Juli 2022

MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR

Resume ke-20

Jumat, 1 Juli 2022


Pertemuan ke-20

Pelatihan Menulis PGRI

Narasumber :  Edi S. Mulyata, S.SI,.,M.T.

Moderator    :  Rosminiyati

Bismillahirrahmaanirrahiim.. 

Assalamualaikum wr.wb

Salam blogger mania🙂

Materi malam ini bertema Menguak Dapur Penerbit Mayor akan dijelaskan oleh Bapak Edi S. Mulyata yang merupakan Manager Penerbitan Andi Publisher, serta dipandu oleh moderator Ibu Rosminiyati. 


Masa Pandemi bagi dunia Penerbitan

Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, dikarenakan perubahan teknologi. Diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia. 

Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, serta dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan. 

Atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, yang membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih _up to date_, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. 

Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.

Beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar. Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru *Merdeka Belajar*


Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu diperhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.


Permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah *modal beserta pembiayaan produksi*. 

Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan. Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yaitu *langkanya nomor ISBN*. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.

Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat. Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN Internasional.

Berharap dengan kebijakan ini, semangat menulis masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang.


Buku yang dapat ditulis, sebaiknya mengikuti aturan pemerintah yang paling baru.

✅Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia.

✅Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.

✅Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.

Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut _omni channel marketing_ sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.


*Kesimpulan*

Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Penulis dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.


Keep 🔛🔥 menulis💪

Wassalamualaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOTIVASI MENULUS DAN MENERBITKAN BUKU

Resume pertemuan ke-27 Senin, 18 Juli 2022 P ertemuan ke-27 Pelatihan Menulis PGRI Narasumber :  Dail Ma'ruf, M.Pd Moderator    :  Arofa...